Perekonomian
Korea Selatan sejak tahun 1960-an telah mencatat rekor perkembangan
yang luar biasa. Perkembangan ini terutama ditentukan lewat integrasi
negara ini kepada perekonomian dunia yang modern dan berteknologi
tinggi. Saat ini pendapatan perkapita Korea Selatan telah setara dengan
pendapatan negara-negara Uni Eropa.
Selama
kurun waktu 1980-an, Korea Selatan mengadopsi sistem kedekatan antara
sektor pemerintahan dan bisnis yang termasuk juga kredit yang terarah,
pembatasan impor, dan pensponsoran industri-industri khusus. Pemerintah
Korea Selatan mendorong impor bahan-bahan baku mentah dan teknologi
dengan mengorbankan barang konsumtif serta mendorong masyarakat untuk
menabung dan melakukan investasi.
Namun
demikian, seiring dengan gelombang krisis ekonomi yang melanda Asia,
Korea Selatan tidak terkecualikan sebagai salah satu negara yang terkena
krisis. Rasio hutang yang tinggi, pinjaman yang tinggi, serta
ketidakdisiplinan sektor ekonomi telah menjatuhkan perekonomian Korea
Selatan pada tahun 1998.
Setelah
empat tahun berada dalam pengobatan yang dilakukan oleh IMF, perlahan
perekonomian Korea Selatan meningkat kembali secara gradual. Dituntun
oleh pengeluaran konsumsi serta peningkatan ekspor yang signifikan, pada
tahun 2002 Korea Selatan mencatat perkembangan perekonomian yang
ditandakan oleh peningkatan GDP sebesar 7 persen yang juga menandakan
kelulusannya dari program dan pengawasan IMF. Korea Selatan telah
membayar kembali sisa pinjamannya sebesar US$ 19,5 milyar, dua tahun
lebih cepat dari perkiraan semula. Antara tahun 2003 – 2005, pertumbuhan
ekonomi berada pada kisaran 4 persen.
Pada
tahun 2005, pemerintah membuat proposal tentang pengesahan reformasi
kaum buruh dan skema dana pensiun perusahaan untuk membuat pasar tenaga
kerja lebih fleksibel. Pemerintah juga memperkenalkan kebijakan
real-estate untuk mendinginkan spekulasi yang dibuat oleh sektor
properti. Perkembangan yang positif ini dibarengi dengan berbagai upaya
restrukturisasi di sektor keuangan, korporasi dan publik. Pemulihan
ekonomi Korsel yang berlangsung cepat tersebut sebagian besar juga
didukung dengan penerapan kebijakan suku bunga yang rendah dan
stabilisasi pasar domestik. Kebijakan ini pada gilirannya mendorong
iklim investasi dan permintaan domestik.
Secara
umum, perekonomian Korea Selatan lewat ditandai lewat tingkat Inflasi
yang moderat, tingkat pengangguran yang rendah, surplus dari ekspor, dan
pendistribusian pendapatan yang merata. Semua ini menandakan solidnya
perekonomian Korea Selatan.
Menurut
Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korea Selatan, pada tahun 2006
perekonomian Korea Selatan akan terus berkembang walaupun ancaman
kondisi eksternal seperti harga minyak dunia tetap membayangi. Pada
tahun 2006 ini, Korea Selatan telah mereformasi sektor perpajakan yang
sejalan dengan arah kebijakan ekonomi makro Korea Selatan pada paruh
kedua tahun 2006. Komposisi perekonomian dilihat dari pendapatan per
kapita Korea Selatan adalah sebesar 3.3 persen untuk sektor pertanian,
40.3 persen untuk sektor industri, dan 56.3 persen untuk sektor Jasa.
Tiga tren utama yang diidentifikasikan akan memberikan efek positif kepada pertumbuhan industri Korea Selatan adalah:
1. Pendewasaan teknologi digital dan jaringan
2. Integrasi teknologi inter-disipliner
3. Kerjasama ekonomi antara Korea Selatan dan Korea Utara, yang pada tahun 2006 mencapai 1 milyar dollar AS
Sebaliknya, tiga trend utama yang diidentifikasikan akan memberikan efek negatif kepada industri Korea adalah:
1. Populasi angkatan kerja muda yang semakin berkurang
2. Pengikisan dan degradasi lingkungan yang berakibat kepada masalah ingkungan hidup
3. Hegemoni teknologi: permasalahan hak cipta
Indikator Ekonomi Riil
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
|
GDP (US$ 1 juta) Purchasing power parity
|
-
|
-
|
-
|
1.056
|
GDP Per-Capita (PPP)
|
17,006
|
17,580
|
-
|
21.851
|
Inventory (%, year-on-year)
|
-0.8
|
5.7
|
9.4
|
2.4
|
Average Operating Ratio (%)
|
78.4
|
78.3
|
80.3
|
78.2
|
Tingkat Pengangguran (%)
|
3.1
|
3.4
|
3.5
|
3.6
|
Pengangguran (ribu)
|
708
|
777
|
813
|
843
|
Indeks Harga Konsumen (%, year-on-year)
|
2.7
|
3.6
|
3.6
|
2.7
|
Neraca Transaksi Berjalan (US$ 1 juta)
|
5,394
|
12,321
|
27,613
|
16,559
|
Sebagai salah satu dari empat Macan Asia Timur,
Korea Selatan telah mencapai rekor pertumbuhan yang memukau, membuat
Korea Selatan ekonomi terbesar ke-12 di seluruh dunia. Setelah
berakhirnya PDII, PDB per kapita kira-kira sama dengan negara miskin lainnya di Afrika dan Asia. Kemudian Perang Korea membut kondisi semakin parah. Sekarang PDB per kapita kira-kira 20 kali lipat dari Korea Utara dan sama dengan ekonomi-ekonomi menengah di Uni Eropa. Pada 2004, Korea Selatan bergabung dengan “klub” dunia ekonomi trilyun dolar.
Kesuksesan ini dicapai pada akhir 1980-an
dengan sebuah sistem ikatan bisnis-pemerintah yang dekat, termasuk
kredit langsung, pembatasan impor, pensponsoran dari industri tertentu,
dan usaha kuat dari tenaga kerja. Pemerintah mempromosikan impor bahan
mentah dan teknologi demi barang konsumsi dan mendorong tabungan dan investasi dari konsumsi. Krisis Finansial Asia
1997 membuka kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk
rasio utang/persamaan yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor
finansial yang tidak disiplin.
Pertumbuhan jatuh sekitar 6,6% pada 1998, kemudian pulih dengan cepat ke 10,8% pada 1999 dan 9,2% pada 2000. Pertumbuhan kembali jatuh ke 3,3% pada 2001
karena ekonomi dunia yang melambat, ekspor yang menurun, dan persepsi
bahwa pembaharuan finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak
bertumbuh. Dipimpin oleh industri dan konstruksi, pertumbuhan pada 2002 sangat mengesankan di 5,8%.
Pada 2005, di samping merupakan pemimpin dalam akses internet kecepatan-tinggi, semikonduktor memori, monitor layar-datar dan telepon genggam, Korea Selatan berada dalam peringkat pertama dalam pembuatan kapal, ketiga dalam produksi ban, keempat dalam serat sintetis, kelima dalam otomotif
dan keenam dalam baja. Negara ini juga dalam peringkat ke-12 dalam PDB
nominal, tingkat pengangguran rendah, dan pendistribusian pendapatan
yang relatif merata.
Indeks Makroekonomi Korea Selatan Membaik
Melonjaknya harga
minyak internasional dan faktor eksternal lainnya yang tidak
menguntungkan sangat mempengaruhi perekonomian dunia, namun perekonomian
Korea malah menunjukkan kondisi yang baik, sebagaimana ditunjukkan
indeks makroekonomi. Pertumbuhan pendapatan melampaui pertumbuhan
ekonomi untuk pertama kali selama 5 tahun. Sejalan dengan membaiknya
ekspor dan pulihnya konsumsi swasta, perekonomian Korea diperkirakan
akan tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan, produk domestik bruto
perkapita diperkirakan akan melampaui 20.000 dolar.Indeks ini
membuktikan bahwa perekonomian Korea memiliki fondasi yang kuat, namun
kehati-hatian dan kebijaksanaan masih dibutuhkan karena ketidak
menentuan kondisi perekonomian global.
Berdasarkan laporan
pemasukan berdasarkan kuartal Bank Korea, produk domestik bruto tumbuh
sebesar 1,3 % pada periode bulan Juli-September dari kuartal sebelumnya,
dan 5,2% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, pendapatan
nasional bruto tumbuh 1,7% pada kuartal ke-3 dari kuartal sebelumnya,
dan 5,4% dari tahun sebelumnya. Baru terjadi pertama dimana kali tingkat
pertumbuhan tahunan pendapatan nasional bruto melampaui tingkat
pertumbuhan produk domestik bruto tahunan sejak kuartal ketiga tahun
2002. Pendapatan Nasional Bruto, yang terdiri dari jumlah keseluruhan
produk yang di produksi dalam satu negara, ditambah dengan bunga dan
pemasukan keuntungan penjualan saham yang diterima dari luar negeri,
adalah ukuran daya beli suatu negara. Dalam hal ini, angka pertumbuhan
Pendapatan Nasional Bruto yang melampaui angka pertumbuhan produk
domestik bruto menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan dalam daya
beli masyarakat dari pada perluasan ekonomi.
Tanda-tanda baik
lainnya adalah kondisi ekspor nasional. Pada kenyataannnya Korea Selatan
mencapai rekor ekspor bulanan tertinggi pada bulan Nopember.
Berdasarkan perhitungan sementara kementerian Perdagangan, Industri dan
Energi, ekspor nasional meningkat 17,5% menjadi 35,95 milyar dolar pada
bulan Nopember tahun lalu, sementara impor meningkat 26,5% menjadi 33,85
milyar dolar. Baik ekspor maupun impor mencatat angka tertinggi
bulanan. Korea Selatan juga mencatat surplus perdagangan sebesar 2,1
milyar dolar pada bulan Nopember, sehingga menjadikan neraca perdagangan
aktif selama 56 bulan berturut turut.
Kondisi perekonomian
yang baik, sangat memiliki arti penting karena hal ini dicapai disaat
melonjaknya harga minyak, terjadinya krisis pasar kredit perumahan di
Amerika Serikat, menguatnya nilai tukar won dan berbagai faktor
eksternal lainnya yang tidak menguntungkan. Sebagai hasilnya, produk
domestik bruto Korea Selatan akan melampaui 20.000 dolar dalam tahun
ini.
Namun sebaiknya Korea
Selatan tidak cepat merasa puas dengan kondisi saat ini. Faktor luar
masih belum menentu, dan ada tanda-tanda tentang ketidak stabilan harga.
Lebih jauh lagi, pertumbuhan Pendapatan Kotor Nasional adalah phenomena
sementara, yang disebabkan oleh demam investasi bagi dana luar negeri.
Berdasarkan semua ketidak menentuan ini, indeks makroekonomi telah
menunjukkan kondisi yang baik walaupun ada faktor-faktor luar yang tidak
mendukung, karena fondasi perekonomian Korea yang kuat.
Source: http://yulikorsel.wordpress.com/2008/03/11/ekonomi-korea-selatan/
No comments:
Post a Comment