- Menentukan Risiko Deteksi. Ketika menentukan risiko deteksi, auditor harus mempertimbangkan sejauh mana entitas klien mempunyai aktiva konstruksi, lease modal yang signifikan, dan penambahan serta penarikan yang signifikan dari aktiva-aktiva itu.
- Merancang Pengujian Substantif:
a.
Prosedur Awal. Meliputi:
-
Memahami bisnis klien. Apakah perusahaan klien itu lebih banyak melakukan
investasi dalam aktiva tetap atau tidak.
-
Telusuri saldo awal aktiva tetap dan akumulasi penyusutan ke kertas kerja tahun
sebelumnya.
-
Hitung kembali saldo akun aktiva tetap dan beban penyusutan yang ada di buku
besar. Kemudian periksa apakah ada tanggal transaksi yang tidak biasa
jumlahnya.
-
Kemudian kita harus menentukan apakah dalam skedul penambahan, penarikan, dan
beban penyusutan aktiva tetap yang diberikan oleh klien itu akurat atau tidak
dengan cara melakukan footing dan crossfooting. Misalnya:
Judul
Akun
|
Saldo
31 des 2010
|
Penambahan
|
Pelepasan
|
Penyesuaian
|
Saldo
31 des 2011
|
|
Tanah
|
$
100.000
|
$
200.000
|
$
300.000
|
CF
|
||
Bangunan
|
$
50.000
|
$
70.000
|
$
10.000
|
$
110.000
|
CF
|
|
Peralatan
|
$
20.000
|
$
40.000
|
$
10.000
|
$
5.000
|
$
45.000
|
CF
|
Total
Aktiva
|
$
170.000
|
$
310.000
|
$
10.000
|
$
15.000
|
$
455.000
|
CF
|
F
|
F
|
F
|
F
|
F
|
*CF
(Crossfooting: merupakan penelusuran dengan menjumlahkan atau mengurangkan
masing-masing akun ke arah samping)
*F(Footing):
merupakan penelusuran dengan penjumlahkan dari atas ke bawah)
b.
Prosedur Analitis. Pada prosedur ini akan
dilakukan perhitungan rasio-rasio. Misalnya rasio perputaran aktiva tetap,
beban reparasi terhadap penjualan, dan tingkat pengembalian atas aktiva. Misalnya
untuk menghitung rasio perputaran aktiva tetap ini diketahui:
Penjualan bersih poda tahun 2011 $
200.000
Asset Tetap 2011 $ 250.000
Asset Tetap 2010 $ 200.000
Perputaran
Asset Tetap= $200.000/{($200.000+$250.000)/2}
=
$200.000/$225.000
= 0,88 kali
Jadi,
setiap dollar dalam aset tetap, PT. X akan menghasilkan penjualan sebesar 0,88
kali. Dengan menghitung rasio ini, auditor dapat mengetahui seberapa efisien
perusahaan menggunakan aktiva tetapnya untuk menghasilkan penjualan. Dan apabila
ada kenaikan yang tidak terduga pada perputaran aktiva tetapnya berarti
kemungkinan perusahaan tersebut tidak mengkapitalisasi aktiva yang dapat
disusutkan.
Setelah
menghitung rasio-rasio ini lalu dibandingkan dengan rasio tahun lalu ataupun
data lainnya dari tahun sebelumnya.
c.
Pengujian Rincian Transaksi. Pada tahap ini,
auditor memeriksa dokumen-dokumen yang terkait dengan penambahan aktiva tetap
ataupun pelepasan aktiva tetap.
d.
Pengujian Rincian Saldo. Meliputi:
-
Pemeriksaan fisik aktiva tetap. Misalnya manajer perusahaan bilang ke kita
bahwa perusahaan membeli kendaraan seharga Rp 500.000.000, maka kita sebagai auditor
tidak bisa langsung percaya begitu saja. Auditor harus melihat kendaraan tersebut apakah
benar-benar ada atau tidak.
-
Kemudian periksa dokumen kepemilikan dan kontrak. Auditor dapat menaksir
keaslian dokumen atau mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang mungkin
dilakukan.
e.
Pengujian Rincian Saldo: Estimasi Akuntansi.
Mengevaluasi kewajaran beban penyusutan yang ada pada laporan laba rugi dengan
melihat kelayakan umur manfaat dan estimasi nilai sisa. Misalnya perusahaan
menyusutkan gedung dengan umur manfaat 40 tahun. Tetapi yang masa manfaat untuk
gedung yang diakui itu hanya sebesar 20 tahun. Maka auditor harus mengubah
nilai beban penyusutan tersebut dengan cara menghitung kembali beban penyusutan
dengan masa manfaat 20 tahun. Kemudian, auditor mengomunikasikannya ke manajemen
untuk dilakukan perubahan. Apabila manajemen tidak mau menggunakan perubahan
atas beban penyusutan yang telah diberikan auditor, maka auditor dapat memberikan
opini selain unqualified.
3. Penyajian dan Pengungkapan
Periksa apakah aktiva tetap dan
beban keuntungan serta kerugian yang berkaitan telah diidentifikasi dan
diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan sesuai dengan GAAP.
No comments:
Post a Comment